Papua adalah sebuah propinsi terluas di Indonesia dengan luas 808.105 Km persegi yang termasuk pulau terbesar kedua di dunia.
Pulau Papua dengan keaneka ragaman alamnya yang masih alami ternyata menyimpan Misteri yang sangat menakjubkan dengan ditemukannya sebuah Tembok Lurus dilepas pantai bagian utara dari pulau besar ini diperkirakan terdapat struktur bagunan mirip "beteng" (awam:benteng) dengan panjang 110 Km dengan ketinggian 1860 meter serta lebar 1700 meter.
Jika dilihat secara seksama struktur ini lebih mirip "dinding" atau "tembok" karena strukturnya yang lurus memanjang secara sempurna sepanjang 110 Km.
Jika ini benar, jelas bangunan seperti ini tidak dibuat oleh peradaban manusia mengingat bangunan di abad modern ini saja seperti Menara Dubai tingginya baru mencapai 800 meter sedangkan dinding yang ditemukan disebelah utara Pulau Papua mencapai tinggi 1860 meter.
Struktur ini berada di Laut Lepas tak jauh dari Ibukota Papua, Jayapura. Untuk sementara penemuan misterius ini dinamakan Jayapura Wall atau Tembok Jayapura.
Dengan menggunakan Google Maps, Koordinat benteng menakjubkan tersebut terlihat pada Samudra Pasifik, Bagian Utara Pulau Papua pada 1°59’46.9”S dan 141°29’24.6239”E (lihat melalui Google Maps).
Sekilas Tentang Papua
Papua adalah pulau terbesar kedua di dunia. Pada sekitar Tahun 200 M , ahli Geography bernama Ptolamy menyebutnya dengan nama LABADIOS. Pada akhir tahun 500 M, pengarang Tiongkok bernama Ghau Yu Kua memberi nama TUNGKI, dan pada akhir tahun 600 M, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua dengan menggunakan nama JANGGI.
Tidore memberi nama untuk pulau ini dan penduduknya sebagai PAPA-UA yang sudah berubah dalam sebutan menjadi PAPUA. Pada tahun 1545, Inigo Ortiz de Retes memberi nama NUEVA GUINEE dan ada pelaut lain yang memberi nama ISLA DEL ORO yang artinya Pulau Emas. Robin Osborne dalam bukunya,
Indonesias Secret War: The Guerilla Struggle in Irian Jaya (1985), menjuluki provinsi paling timur Indonesia ini sebagai surga yang hilang. Tidak diketahui apakah pada peradaban kuno sebelum masehi di Papua telah terdapat kerajaan. Bisa jadi zaman dahulu telah terdapat peradaban maju di Papua.
Pada sebuah konferensi tentang lampu jalan dan lalulintas tahun 1963 di Pretoria (Afrika Selatan), C.S. Downey mengemukakan tentang sebuah pemukiman terisolir di tengah hutan lebat Pegunungan Wilhelmina (Peg. Trikora) di Bagian Barat New Guinea (Papua) yang memiliki sistem penerangan maju.
Para pedagang yang dengan susah payah berhasil menembus masuk ke pemukiman ini menceritakan kengeriannya pada cahaya penerangan yang sangat terang benderang dari “beberapa bulan” yang ada di atas tiang-tiang di sana. Bola-bola lampu tersebut tampak secara aneh bersinar setelah matahari mulai terbenam dan terus menyala sepanjang malam setiap hari. Kita tidak tahu akan kebenaran kisah ini tapi jika benar itu merupakan hal yang luar biasa dan harus terus diselidiki.
Papua telah dikenal akan kekayaan alamnya sejak dulu. Pada abad ke-18 Masehi, para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, mengirimkan persembahan kepada kerajaan China. Di dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cendrawasih, yang dipercaya sebagai burung dari taman surga yang merupakan hewan asli dari Papua.
Dengan armadanya yang kuat Sriwijaya mengunjungi Maluku dan Papua untuk memperdagangkan rempah – rempah, wangi – wangian, mutiara dan bulu burung Cenderawasih. Pada zaman Kerajaan Majapahit sejumlah daerah di Papua sudah termasuk dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Pada abad XVI Pantai Utara sampai Barat daerah Kepala Burung sampai Namatota ( Kab.Fak-fak ) disebelah Selatan, serta pulau – pulau disekitarnya menjadi daerah kekuasaan Sultan Tidore.
Tanah Papua sangat kaya. Tembaga dan Emas merupakan sumber daya alam yang sangat berlimpah yang terdapat di Papua. Papua terkenal dengan produksi emasnya yang terbesar di dunia dan berbagai tambang dan kekayaan alam yang begitu berlimpah. Papua juga disebut-sebut sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi. Papua merupakan surga keanekaragaman hayati yang tersisa di bumi saat ini. Pada tahun 2006 diberitakan suatu tim survei yang terdiri dari penjelajah Amerika, Indonesia dan Australia mengadakan peninjauan di sebagian daerah pegunungan Foja Propinsi Papua Indonesia.
Di sana mereka menemukan suatu tempat ajaib yang mereka namakan “dunia yang hilang”, dan “Taman Firdaus di bumi”, dengan menyaksikan puluhan jenis burung, kupu-kupu, katak dan tumbuhan yang belum pernah tercatat dalam sejarah. Jika dikelola dengan baik, orang Papua pun bisa lebih makmur dengan kekayan alam yang melimpah tersebut.
Beberapa Raja-Raja di Papua
Raja Said Arobi Uswanas dari Kerajaan Fatagar, Papua. Kerajaan Fatagar pada tahun 1880-an adalah salah satu kerajaan yang paling penting dari Onin atau daerah Fak Fak. Pada saat itu orang papua berhak pergi untuk tinggal di pulau Seram, di mana mereka juga mempunyai keluarga disana. Kemudian nenek moyang dari raja Fatagar kembali dan dinobatkan sebagai raja. Semua raja-raja yang berkuasa Fatagar dikenal sebagai raja yang cukup baik dan bijaksana. Kini dia adalah politisi penting di kabupaten Fak Fak, yaitu Raja Said Arobi Uswanas dari kerajaan Fatagar.
Sebagian besar kerajaan di sini diperintah oleh dinasti keturunan dari dinasti Rumbati, atau dibuat secara lokal semi-kerajaan (kemudian independen) oleh Rumbati. Fatagar adalah salah satu akar kerajaan dan dinasti turunan dari dinasti Rumbati.
Raja Patipi, Achmad Iba. Kerajaan Rumbati. Salah satu raja mantan raja dari kerajaan Rumbati adalah Patipi. Beliau sudah memerintah sejak lama. Beliau dikenal karena keinginannya memperkenalkan dan membawa Islam kepada orang-orang disekitarnya. Keberadaan dinasti raja ini adalah dinasti kedua yang mana pernah memerintah di Patipi.
Raja pertama masih dalam pemerintahan di abad ke-20 bahkan sempat diperintah olehnya selama dua kali periode raja pada wakktu itu, ketika dinasti kedua memerintah. Raja yang memerintah kini adalah sebatas wilayah Raja Bupati, yaitu Raja Patipi ketika Raja Bupati, Ahmad Iba dianggap sebagai penguasa ke 16 kerajaan Patipi.
Ketika saudara kandungnya Raja Usman Iba meninggal, ia menjadi bupati karena anak raja mewariskannya sebagai penerus atau ahli waris (putra raja almarhum) disaat ia masih mempelajari yaitu Raja Muda Atarai Iba. Hal ini tidak diketahui, ketika ahli waris tahta akan dinobatkan sebagai raja baru. Bupati adalah pensiunan pegawai dari departemen perikanan kabupaten Fak Fak.