Minggu, 15 Juni 2014

Demam piala dunia jelang laga Spanyol-Belanda

Antusiasme penggemar sepak bola di Indonesia mulai terasa saat laga perdana Piala Dunia antara Brasil dan Kroasia, Kamis (13/06) dini hari.
Dipastikan para penggila sepak bola menonton laga itu melalui layar kaca, walaupun mereka harus rela mengurangi jam tidur malam -- selama satu bulan.
"Tiap piala dunia selalu antusias, kita buat nonton bareng di kafe-kafe, dan di lingkungan rumah juga tinggi semangatnya kita buat arisan piala dunia, tebak skor, tebak juara," kata Wiwid Hadi, pengusaha yang juga pimpinan kelompok penggemar timnas Jerman, yaitu German Fans Indonesia.
Dia mengatakan, piala dunia kali ini begitu spesial karena melibatkan negara-negara yang memiliki tradisi kuat dalam dunia sepak bola dan pernah menjadi juara dunia, seperti Uruguay, Brasil, Jerman, Argentina, dan Italia.
"Saya juga sekarang sangat mendambakan Jerman juara, karena terakhir juara tahun 1990, mudah-mudahan tahun ini menang," kata pria yang hobi mengoleksi jersey sepak bola timnas Jerman ini.
Mengidolakan Brasil
Wiwid Hadi tidak sendiri. Jutaan warga Indonesia lainnya, yang menggilai sepak bola, dipastikan akan terjangkiti demam piala dunia dan akan mendukung tim pujaannya masing-masing.
Seorang perempuan dan karyawan sebuah perusahaan swasta di Jakarta, Ika Krisdiyanti Wijaya, memimpikan tuan rumah Brasil akan keluar sebagai pemenang.
Dia beralasan, skuad Brasil kini diisi pemain-pemain muda yang berpengalaman di liga-liga utama Eropa.
"Timnya kompak dan solid, apalagi menjadi tuan rumah. Jadi saya yakin sekali Brasil juara," kata Ika yang juga setia mendukung klub dalam negeri Persija sejak usia 11 tahun.
Brasil dan Jerman, memang, difavoritkan sebagai juara piala dunia kali ini. Namun demikian, timnas Argentina, Uruguay, Spanyol serta Italia juga berpeluang.
Negara-negara yang disebut terakhir ini juga memiliki pendukung "fanatik".
Di sejumlah wilayah, termasuk di Ambon, Jayapura, atau Denpasar, serta di pedalaman Jawam mereka memasang bendera tim favorit mereka.
Resiko begadang
Laga-laga Piala dunia Brasil yang umumnya disiarkan dini hari waktu Indonesia, memang cukup menyulitkan penggemar sepak bola, tetapi mereka sepertinya rela begadang nyaris tiap malam.
Sejumlah penonton momen piala dunia mengaku sulit menyaksikan semua laga yang berlangsung tiap hari, karena esoknya mereka harus kembali bekerja.
Gaib Maruto, pendukung setia tim Inggris, mengeluhkan jam-jam pertandingan ini, meski dia memiliki "strategi" khusus.
"Saya juga bingung gimanatuh ya, saya kerja pagi, pulang kadang jam sembilan atau jam sepuluh malam. Menyiksa sekali pertandingan hari ini (Brasil-Kroasia)," katanya.
Untuk menyiasatinya, Gaib mengatakan ingin fokus saja menonton pertandingan Inggris saja.
"Mungkin saya minta kompensasi (sama kantor), tiap tim nasional Inggris saya berangkat siang," sambung Gaib.
Laga Spanyol-Belanda
Salah satu laga yang akan ditunggu-tunggu akhir pekan ini adalah pertandingan Spanyol melawan Belanda, yang disiarkan Sabtu (14/06) dini hari.
Pengamat sepak bola sekaligus wartawan senior yang pernah meliput lima kali piala dunia, Budiarto Shambazy, mengatakan Spanyol diperkirakan masih lebih unggul dengan teknik tiki-taka yang terkenal.
"Kalau bicara siapa yang menang, memang masih Spanyol. Karena penampilan Spanyol sejak 2010 relatif masih lebih bagus dibanding Belanda."
"Kita tahu Spanyol pada 2012 untuk kedua kalinya kembali merebut mahkota Piala Eropa."
Budiarto mengakui bahwa sejumlah pemain senior Spanyol memiliki performa yang menurun karena usia. Tetapi paduan antara pemain muda dan senior yang dilakukan oleh pelatih Vicente Del Bosque cukup bagus.
Pemain-pemain muda terbukti bisa mengisi kekosongan, dia mencontohkan Jordi Alba bek kiri yang juga bisa merangkap menjadi penyerang.
"Jadi tiki-taka itu mungkin menurun tetapi masih jadi gaya permainan yang lebih unggul dibanding Brasil dan Argentina tentunya," tutup Budiarto.

Ini merupakan pertandingan pembuka Grup B Piala Dunia. Setelah setelah menghadapi Belanda, Spanyol nantinya akan beradu kekuatan dengan Cile dan Australia.

0 komentar:

Posting Komentar